PT. KAI masih terus berbenah diri. Pertanggal 22 Agustus 2013, PT. KAI memberlakukan sistem tiket baru yang diberi nama Tiket Harian Berjaminan (THB). Hal ini disebabkan karena gagalnya sistem Tiket Single Trip.
Pada awal peluncuran e-Ticketing (kartu single trip), banyak penumpang yang pada akhirnya membawa pulang tiket kereta api. Koq bisa? Hal ini disebabkan oleh kurangnya fasilitas pendukung (banyaknya stasiun belum dilengkapi pintu gate out di awal peluncuran e-Ticketing). Sehingga para penumpang yang enggan mengembalikan tiket Single Trip, membawa pulang kartu-kartu tersebut.
PT. KAI diperkirakan kehilangan hampir 800.000 kartu atau setara dengan nilai 4 miliar rupiah. Angka yang amat fantastis dari sebuah uji coba sistem, bukan? Dalam hal ini, PT. KAI jelas-jelas telah dianggap gagal oleh banyak pihak.
Lalu, bagaimana cara kerja sistem Tiket Harian Berjaminan?
Tiket Harian Berjaminan (THB) adalah sistem yang memaksa penumpang untuk disiplin (tidak membawa pulang tiket kereta api). Tarif yang diberlakukan adalah sama dengan tarif kartu Multi Trip. Bedanya, untuk THB penumpang di wajibkan membayar jaminan kartu sebesar Rp 5.000. Uang jaminan ini akan di kembalikan (refund) setelah penumpang sampai di stasiun tujuan dengan menukarkan THB. Proses refund berlaku selama tujuh hari.
Ilustrasi: Pagi hari, penumpang berangkat dari St. Depok Baru (membeli tiket THB di stasiun awal) dan berhenti di St. Jakarta Kota. Penumpang akan membayar Rp 10.000 (Rp 5.000 untuk harga tiket dan Rp 5.000 untuk jaminan kartu). Sore hari, penumpang kembali dari St. Jakarta Kota menuju St. Depok baru. Penumpang hanya perlu membayar Rp 5.000. Di akhir minggu, penumpang melakukan proses refund di stasiun awal pemberangkatan. Di minggu berikutnya, proses berulang.

Saya sendiri lebih memilih menggunakan tiket Multi Trip. Selain lebih praktis, saya juga tidak perlu membeli tiket lagi jika ingin pergi ke stasiun tujuan lain.
Pada awal peluncuran e-Ticketing (kartu single trip), banyak penumpang yang pada akhirnya membawa pulang tiket kereta api. Koq bisa? Hal ini disebabkan oleh kurangnya fasilitas pendukung (banyaknya stasiun belum dilengkapi pintu gate out di awal peluncuran e-Ticketing). Sehingga para penumpang yang enggan mengembalikan tiket Single Trip, membawa pulang kartu-kartu tersebut.
PT. KAI diperkirakan kehilangan hampir 800.000 kartu atau setara dengan nilai 4 miliar rupiah. Angka yang amat fantastis dari sebuah uji coba sistem, bukan? Dalam hal ini, PT. KAI jelas-jelas telah dianggap gagal oleh banyak pihak.
Lalu, bagaimana cara kerja sistem Tiket Harian Berjaminan?
Tiket Harian Berjaminan (THB) adalah sistem yang memaksa penumpang untuk disiplin (tidak membawa pulang tiket kereta api). Tarif yang diberlakukan adalah sama dengan tarif kartu Multi Trip. Bedanya, untuk THB penumpang di wajibkan membayar jaminan kartu sebesar Rp 5.000. Uang jaminan ini akan di kembalikan (refund) setelah penumpang sampai di stasiun tujuan dengan menukarkan THB. Proses refund berlaku selama tujuh hari.
Ilustrasi: Pagi hari, penumpang berangkat dari St. Depok Baru (membeli tiket THB di stasiun awal) dan berhenti di St. Jakarta Kota. Penumpang akan membayar Rp 10.000 (Rp 5.000 untuk harga tiket dan Rp 5.000 untuk jaminan kartu). Sore hari, penumpang kembali dari St. Jakarta Kota menuju St. Depok baru. Penumpang hanya perlu membayar Rp 5.000. Di akhir minggu, penumpang melakukan proses refund di stasiun awal pemberangkatan. Di minggu berikutnya, proses berulang.

Saya sendiri lebih memilih menggunakan tiket Multi Trip. Selain lebih praktis, saya juga tidak perlu membeli tiket lagi jika ingin pergi ke stasiun tujuan lain.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar