Ini baru pukul tujuh pagi. Udara di
luar rumah masih sangat dingin. Hujan turun sejak semalam, menyisakan gerimis,
air yang menggenang dan jalan yang basah. Ponselku bergetar-getar dan
mengeluarkan bunyi beberapa kali sejak tadi. Siapa yang terlalu penting
mengirim pesan pada ku sepagi ini? Aku bahkan belum mandi jadi aku
mengabaikannya.
Ku julurkan kaki di depan tivi dan
menyanggah kepalaku dengan bantal super empuk. Secangkir teh yang masih
mengepulkan uap dan setangkup roti bakar selai strawberry berada tak jauh dari
jangkauanku. Beberapa kali ku ganti channel sampai akhirnya menemukan acara
yang pas mengisi hari minggu pagi ini.
Riky, adik laki-lakiku keluar dari
kamar dengan rambut kusut dengan suara derit pintu yang berisik. Matanya
memandangku tajam dengan penuh rasa jengkel yang ku tak tahu sebabnya. Atau
mungkin dia terbangun karena suara berisik dari ponselku? Ah, aku tak begitu
peduli. Toh itu ponselku, hak bagiku bagaimana memperlakukannya. Dia menuju
dapur.
Sekitar setengah jam kemudian, Riky
muncul dari dapur dengan rambut yang basah dan handuk yang tersampir di bahu
kanannya. Dia melemparkan handuknya kepadaku. Aku kaget. Ku lemparkan pandangan
tak senang sambil melotot kepadanya. Dia melengos tak peduli. Pasti dia masih
marah. Kutinggalkan dia dengan tivi yang masih menyala dan sarapanku yang
tinggal setengah lalu menuju dapur. Mandi.
Saat kembali tak kulihat Riky di
depan tivi dan sarapanku pun telah hilang. Dia bahkan tidak ada di kamar.
Mungkin Riky telah pergi. Rumah terasa sepi sekali karena ibu sedang menginap
di rumah saudara di Bogor. Aku kembali duduk di depan tivi.
Ku pandang ponselku dengan lampu
berwarna merah yang masih berkedip-kedip. Ini sudah jam delapan lewat dan rasa
penasaranku semakin meningkat. Kuraih ponselku. Sebuah bintang berwarna merah
pada lambang salah satu jejaring sosial menjadi penanda bagiku untuk mengecek
pesan baru di jejaring sosial itu.
Ku tekan beberapa tombol dan
rentetan pesan pun muncul. Dari orang yang sama.
Pesan pertama 04.50 wib:
“Dear Bayu, selamat pagi. Apa kabar dirimu? Sudah sholat subuh kan? Aku
sudah. Semangat untuk hari ini ya. Kabar ku tidak terlalu baik, sedang
menjalani masa pemulihan karena sakit. Mungkin karena terlalu lelah dengan
jadwal kegiatan bulan lalu tapi sekarang sudah tidak apa-apa jadi kau tidak
perlu khawatir. Semoga kau tidak mengalami sakit seperti aku. Kamu jangan lupa
makan dan jaga kesehatan ya :* ”
Pesan kedua 05.15 wib:
“Dear Bayu, selamat pagi. Sedang apa? Aku sedang olah raga sedikit agar
tubuhku tidak kaku, dokter yang menyarankannya padaku agar aku tidak jatuh
sakit lagi. Kau bagaimana? Olah raga apa yang sering kau lakukan saat pagi? Selamat
hari minggu dan selamat menikmati hari ya :* ”
Pesan ketiga 05.35 wib:
“Dear Bayu, aku sedang sarapan nasi goreng. Aku sangat menyukainya. Aku
sebenarnya menyukai hampir semua makanan kecuali beberapa jenis buah-buahan
yang memiliki rasa masam. Kau sendiri, makanan apa yang paling kau sukai? Lalu
bagaimana sarapanmu? Apa sarapanmu pagi ini? Semoga kau menyukai sarapanmu ya:*
”
Pesan keempat 05.50 wib:
“Dear Bayu, aku baru selesai sarapan dan sekarang sedang bersantai di
depan tivi. Apa yang kau tonton pagi ini? Aku menikmati acara musik, membuatku
bersemangat! Kau bagaimana? Acara apa yang kau tonton pagi ini? Jangan lupa
dhuha ya :* “
Pesan kelima 06.00 wib:
“Dear Bayu, ada kegiatan apa hari ini? Bisa kita bertemu? Ada beberapa hal
penting yang ingin aku bicarakan
denganmu tapi aku tidak bisa menjelaskannya disini. Aku juga ingin minta
pendapatmu tentang beberapa hal yang sudah aku lakukan, apakah menurutmu sudah
benar atau masih ada yang kurang? Bukankah kau adalah orang yang sudah
berpengalaman, aku yakin kau pasti bisa membantuku. Bisa aku minta nomor
ponselmu? Kabari aku secepatnya ya :* “
Pesan keenam 06.15 wib:
“Dear Bayu, sudah dhuha kan? Aku sudah. Aku selalu menyempatkan diri
untuk dhuha bahkan saat aku sedang terburu-buru. Oiya aku juga minta diajarkan
beberapa hal darimu nanti ya. Kau kan sudah banyak pengalaman, berbagi sedikit
denganku ya :* “
Pesan ketujuh 06.45 wib:
“Dear Bayu, sepertinya kau sedang sibuk. Aku pun begitu. Tapi aku akan
tetap menyediakan waktu untuk bertemu denganmu karena ada hal penting yang
ingin aku bicarakan. Tapi karena tidak ingin ada salah paham, aku tidak akan
menjelaskannya disini. Ku tunggu kabarmu ya :* “
Pesan kedelapan 07.00 wib:
“Dear Bayu, sudah baca pesanku? Aku sudah mandi, kau bagaimana? Aku
belum mendapat kabar darimu. Boleh kuminta nomor ponselmu agar kita lebih mudah
untuk membuat janji dan konfirmasi? Sudah kuluangkan waktu untuk bertemu hari
ini :* “
Pesan kesembilan 07.15:
“Dear Bayu, untuk tempat dan waktu janji bertemu kuserahkan padamu untuk
menentukannya. Aku akan menemuimu. Tapi kuminta kau untuk sabar menungguku
sebentar jika aku terlambat karena macet. Tapi aku akan berusaha untuk datang
menepati janji bertemu. Kau tidak perlu khawatir bahwa aku akan ingkar janji
atau tidak memberi kabar. Sampai jumpa :* “
Pesan kesepuluh 07.25 wib:
“Dear Bayu, aku sudah rapi dan siap untuk bertemu. Jangan lupa kirimi aku
nomor ponselmu. Aku akan segera menghubungimu begitu kau mengirimkannya agar
kita bisa lebih mudah untuk saling mengkonfirmasi janji kita untuk bertemu.
Sampai nanti ya :* “
Bayu memandang layar ponselnya
dengan dahi berkerut. Bingung. Hal penting? Dia mengingat-ingat hal penting apa
yang menyangkut dirinya dan si pengirim pesan tapi tak bisa menemukan apapun di
dalam pikirannya. Dia mencoba lagi mengingat sesuatu tapi tetap tidak menemukan
apapun. Dia menyerah.
“Bagaimana aku akan memberi nomor
ponselku atau bertemu dengannya jika mengenalnya saja aku tidak.” gumam Bayu
dalam hati. Dia meletakkan ponselnya dan kembali menonton acara tivi.
Note: terinspirasi
dari penuturan seorang teman di sore hari yang hujan

Tidak ada komentar:
Posting Komentar