Sabtu, 29 Desember 2012

Pesan


Ini baru pukul tujuh pagi. Udara di luar rumah masih sangat dingin. Hujan turun sejak semalam, menyisakan gerimis, air yang menggenang dan jalan yang basah. Ponselku bergetar-getar dan mengeluarkan bunyi beberapa kali sejak tadi. Siapa yang terlalu penting mengirim pesan pada ku sepagi ini? Aku bahkan belum mandi jadi aku mengabaikannya.

Ku julurkan kaki di depan tivi dan menyanggah kepalaku dengan bantal super empuk. Secangkir teh yang masih mengepulkan uap dan setangkup roti bakar selai strawberry berada tak jauh dari jangkauanku. Beberapa kali ku ganti channel sampai akhirnya menemukan acara yang pas mengisi hari minggu pagi ini.

Riky, adik laki-lakiku keluar dari kamar dengan rambut kusut dengan suara derit pintu yang berisik. Matanya memandangku tajam dengan penuh rasa jengkel yang ku tak tahu sebabnya. Atau mungkin dia terbangun karena suara berisik dari ponselku? Ah, aku tak begitu peduli. Toh itu ponselku, hak bagiku bagaimana memperlakukannya. Dia menuju dapur.

Sekitar setengah jam kemudian, Riky muncul dari dapur dengan rambut yang basah dan handuk yang tersampir di bahu kanannya. Dia melemparkan handuknya kepadaku. Aku kaget. Ku lemparkan pandangan tak senang sambil melotot kepadanya. Dia melengos tak peduli. Pasti dia masih marah. Kutinggalkan dia dengan tivi yang masih menyala dan sarapanku yang tinggal setengah lalu menuju dapur. Mandi.

Saat kembali tak kulihat Riky di depan tivi dan sarapanku pun telah hilang. Dia bahkan tidak ada di kamar. Mungkin Riky telah pergi. Rumah terasa sepi sekali karena ibu sedang menginap di rumah saudara di Bogor. Aku kembali duduk di depan tivi.

Ku pandang ponselku dengan lampu berwarna merah yang masih berkedip-kedip. Ini sudah jam delapan lewat dan rasa penasaranku semakin meningkat. Kuraih ponselku. Sebuah bintang berwarna merah pada lambang salah satu jejaring sosial menjadi penanda bagiku untuk mengecek pesan baru di jejaring sosial itu.
Ku tekan beberapa tombol dan rentetan pesan pun muncul. Dari orang yang sama.

Pesan pertama 04.50 wib:
Dear Bayu, selamat pagi. Apa kabar dirimu? Sudah sholat subuh kan? Aku sudah. Semangat untuk hari ini ya. Kabar ku tidak terlalu baik, sedang menjalani masa pemulihan karena sakit. Mungkin karena terlalu lelah dengan jadwal kegiatan bulan lalu tapi sekarang sudah tidak apa-apa jadi kau tidak perlu khawatir. Semoga kau tidak mengalami sakit seperti aku. Kamu jangan lupa makan dan jaga kesehatan ya  :*

Pesan kedua 05.15 wib:
Dear Bayu, selamat pagi. Sedang apa? Aku sedang olah raga sedikit agar tubuhku tidak kaku, dokter yang menyarankannya padaku agar aku tidak jatuh sakit lagi. Kau bagaimana? Olah raga apa yang sering kau lakukan saat pagi? Selamat hari minggu dan selamat menikmati hari ya :*
Pesan ketiga 05.35 wib:
Dear Bayu, aku sedang sarapan nasi goreng. Aku sangat menyukainya. Aku sebenarnya menyukai hampir semua makanan kecuali beberapa jenis buah-buahan yang memiliki rasa masam. Kau sendiri, makanan apa yang paling kau sukai? Lalu bagaimana sarapanmu? Apa sarapanmu pagi ini? Semoga kau menyukai sarapanmu ya:*

Pesan keempat 05.50 wib:
Dear Bayu, aku baru selesai sarapan dan sekarang sedang bersantai di depan tivi. Apa yang kau tonton pagi ini? Aku menikmati acara musik, membuatku bersemangat! Kau bagaimana? Acara apa yang kau tonton pagi ini? Jangan lupa dhuha ya :*

Pesan kelima 06.00 wib:
Dear Bayu, ada kegiatan apa hari ini? Bisa kita bertemu? Ada beberapa hal penting  yang ingin aku bicarakan denganmu tapi aku tidak bisa menjelaskannya disini. Aku juga ingin minta pendapatmu tentang beberapa hal yang sudah aku lakukan, apakah menurutmu sudah benar atau masih ada yang kurang? Bukankah kau adalah orang yang sudah berpengalaman, aku yakin kau pasti bisa membantuku. Bisa aku minta nomor ponselmu? Kabari aku secepatnya ya :*

Pesan keenam 06.15 wib:
Dear Bayu, sudah dhuha kan? Aku sudah. Aku selalu menyempatkan diri untuk dhuha bahkan saat aku sedang terburu-buru. Oiya aku juga minta diajarkan beberapa hal darimu nanti ya. Kau kan sudah banyak pengalaman, berbagi sedikit denganku ya  :*

Pesan ketujuh 06.45 wib:
Dear Bayu, sepertinya kau sedang sibuk. Aku pun begitu. Tapi aku akan tetap menyediakan waktu untuk bertemu denganmu karena ada hal penting yang ingin aku bicarakan. Tapi karena tidak ingin ada salah paham, aku tidak akan menjelaskannya disini. Ku tunggu kabarmu ya :*

Pesan kedelapan 07.00 wib:
Dear Bayu, sudah baca pesanku? Aku sudah mandi, kau bagaimana? Aku belum mendapat kabar darimu. Boleh kuminta nomor ponselmu agar kita lebih mudah untuk membuat janji dan konfirmasi? Sudah kuluangkan waktu untuk bertemu hari ini :*

Pesan kesembilan 07.15:
Dear Bayu, untuk tempat dan waktu janji bertemu kuserahkan padamu untuk menentukannya. Aku akan menemuimu. Tapi kuminta kau untuk sabar menungguku sebentar jika aku terlambat karena macet. Tapi aku akan berusaha untuk datang menepati janji bertemu. Kau tidak perlu khawatir bahwa aku akan ingkar janji atau tidak memberi kabar. Sampai jumpa :*

Pesan kesepuluh 07.25 wib:
Dear Bayu, aku sudah rapi dan siap untuk bertemu. Jangan lupa kirimi aku nomor ponselmu. Aku akan segera menghubungimu begitu kau mengirimkannya agar kita bisa lebih mudah untuk saling mengkonfirmasi janji kita untuk bertemu. Sampai nanti ya :*

Bayu memandang layar ponselnya dengan dahi berkerut. Bingung. Hal penting? Dia mengingat-ingat hal penting apa yang menyangkut dirinya dan si pengirim pesan tapi tak bisa menemukan apapun di dalam pikirannya. Dia mencoba lagi mengingat sesuatu tapi tetap tidak menemukan apapun. Dia menyerah.

“Bagaimana aku akan memberi nomor ponselku atau bertemu dengannya jika mengenalnya saja aku tidak.” gumam Bayu dalam hati. Dia meletakkan ponselnya dan kembali menonton acara tivi.

Note: terinspirasi dari penuturan seorang teman di sore hari yang hujan
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar