Jumat, 20 Mei 2011

Jalan-jalan di Hari Festival Museum


Kemarin, tepatnya tanggal 18 Mei 2011, saya dan 6 orang teman lainya mengunjungi Festival Museum Day di Kota Tua, Jakarta Pusat. Perjalanan kami berenam dimulai dengan menumpang kereta ekonomi Jakarta-Bogor dari St.Tanjung Barat, awalnya kami berniat menumpang Kereta AC ekonomi tapi kemudian rencana berubah. Kami berangkat pukul 09.00 dan tiba di Stasiun Kota pukul 10.05, sayangnya hujan deras turun saat kami menunggu seorang teman kami yang masih ada urusan. Selama satu jam kami menunggu di St. Kota, ahhhh…

Begitu hujan sudah agak reda, kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju tempat acara, Kota Tua. Suasana disana cukup ramai, ada empat puluh tiga stand museum yang dipamerkan, diantaranya Museum Nasional (Monas), Museum Polri, Museum Trisakti, Museum Perangko Indonesia, Gedung Joeang ’45, Museum Arsip Nasional, Museum Penerangan, Gedung Muhammad Hoesni Thamrin, Museum Bahari, Museum Wayang dan masih banyak lagi.

Stand-stand berjajar membentuk huruf “U” dan di tengahnya terdapat sebuah panggung berlatar Museum Fatahillah. Di panggung inilah beberapa kesenian tradisional Jakarta ditampilkan, misalnya Lenong Betawi, Tandjidor dan Marawis. Selain menampilkan kesenian Jakarta, pihak penyelenggara juga membahas sedikit mengenai museum, misalnya pentingnya mengunjungi museum. Ada juga kuis tentang museum, beruntung saya dapat menjawab salah satu pertanyaan dan memenangkan hadiah berupa dua buah voucher minuman dari 7 Eleven hahaha… (lumayaaaaannnn….).

Bank Indonesia juga memberikan penyuluhan tentang cara mengenali uang asli dan cirri-ciri khas yang hanya terdapat pada uang asli (dari sini kita jadi lebih yakin kalau uang yang kita miliki asli atau palsu), juga penyuluhan tentang dua versi 3D (baca: 3 De). Versi 3D yang pertama yaitu Dilihat, Diraba, Diterawang. Sedang 3D versi kedua adalah Didapat, Disayang, Disimpan (bukannya harusnya Dibelanjakan, ya? Heheheheh….).

Bagai musafir yang haus akan air, kami bertujuh menjelajah dari satu stand ke stand yang lain, meninggalkan jejak dengan menulis nama, mendapatkan hadiah dari kuis yang ada berupa mug dan tempat tissu atau hanya sebuah souvenir berupa pin cantik dan pulpen. Tak lupa kami berpose untuk mengabadikan keberadaan kami disana.

Yang lucu dari acara jalan-jalan kemarin adalah, kami menjadi model dalam lomba foto sebanyak dua kali! Pertama kami menjadi orang-orang narsis yang sedang foto-foto dan yang kedua kami menjadi pembeli koran dari seorang loper yang mengendarai sepeda ontel (semoga mereka tidak menyesal telah menjadikan kami model fotonya hehehehehe….).

Cukup. pukul dua siang kami akhirnya memutuskan untuk pulang walaupun acara masih berlangsung. Kami menunggu kereta selama setengah jam dengan duduk-duduk di peron jalur sebelas. Tanpa komando kami semua memandang peron jalur sepuluh dimana seorang perempuan berusia awal dua puluhan sedang menelepon sambil tertawa-tawa. Kami hanya berkomentar sekedarnya saat melihatnya, “Itu dia apa gak malu ya nelpon kenceng gitu, PD banget ya?” , begitu kira-kira ucapan kami. Namun saat perempuan itu menengok ke arah yang lain kami sadar bahwa dia tidak memegang handphne, hanya bergaya seperti memengang handphone. 
 
Saling pandang, awalnya kami bingung, lalu tanpa komando lagi kami bertujuh tertawa tanpa tedeng aling-aling. Ternyata orang gila! Haaaaa...
Tak ada satupun dari kami yang menyangka bahwa sedari tadi kami sedang memperhatikan orang gila. Hiburan yang sangat menyenangkan. Saya jadi ingat sebuah pepatah “Yang tertawa paling keras adalah yang tetawa paling akhir” (kebalik gak ya?).

Ternyata kereta yang kami tunggu parkir di peron sepuluh, maka kami pun berlari menuju peron sepuluh, dan disinilah perpisahan kami. Saya terpisah dengan teman-teman yang lain, namun kami semua selamat sampai di rumah masing-masing. Alhamdulillah...

Inilah sebagian foto-foto kami disana:












2 komentar: