Rabu, 24 Oktober 2018

Full Spoiler Dear Nathan : Hello Salma


Judul : Dear Nathan Hello Salma
Tanggal Rilis : 25 Oktober 2018
Sutradara : Indra Gunawan
Produksi : Rapi Films
Genre : Komedi Romantis
Produser : Gope T. Samtani
Pemain : Amanda Rawles, Jefri Nichol, Devano Danendra, Susan Sameh
Durasi : 101 menit

Dear Nathan : Hello Salma merupakan sekuel Dear Nathan. Disajikan dengan unsur komedi, film drama remaja ini tak hanya mengangkat hura-hura kisah cinta di sekolah tapi juga hubungan antara keluarga dan sahabat.


Film dibuka dengan scene kedekatan Salma dan Nathan. Layaknya sepasang kekasih baru yang sedang dilanda asmara namun masih malu-malu menunjukkan romantisme mereka, bagian awal film penuh kalimat sindiran yang bersahutan cukup cepat.



Setelah karakternya yang nakal di film pertama, Nathan sekarang digambarkan sebagai laki-laki yang sangat menghormati perempuan. Sebagai pacar, dia lucu dan setia. Sedang sebagai seorang laki-laki, Nathan masih memiliki solidaritas. Konflik bermula ketika seorang sahabatnya mempertanyakan alasan Nathan yang seakan begitu patuh pada Salma. Sahabatnya itu juga secara tak langsung melecehkan Salma di hadapan Nathan. Tak terima, Nathan kemudian menyerang sahabatnya sendiri. Perkelahian pun tak dapat dielakkan. Kepala Sekolah memberi peringatan Nathan dan memintanya untuk meminta maaf. Namun Nathan yang masih emosi dan merasa bahwa pendapatnya benar, memilih untuk pindah sekolah.

Konflik makin parah ketika Salma justru memutuskan Nathan tanpa mendengar penjelasan terhadap apa yang terjadi. Salma kecewa mendapati orang yang disayanginya kembali pada karakternya semula yang hobi berkelahi dan cari masalah, Salma merasa bahwa usahanya mengubah Nathan hanya sia-sia. Melihat usahanya selalu ditolak oleh Salma, Nathan mundur dan memilih pergi.

Setelah putus dan pindah sekolah, keadaan Nathan di luar nampak baik-baik saja, namun saat sendiri dirinya masih tak dapat berhenti  memikirkan Salma. Sedangkan Salma sering kali terlihat murung sepeninggal Nathan. Tak tega melihat sahabatnya yang terus menerus sedih, Rahma secara inisiatif memberikan sebuah simcard baru agar Salma bisa menghubungi Nathan. Salma yang terlalu bersemangat, terus menerus menghubungi Nathan dengan nomor barunya hingga Nathan yang merasa terganggu meminta ibu penjual di kantin untuk mengaku sebagai kekasihnya.

Rahma yang mendengar cerita Salma bahwa Nathan sudah memilki pacar baru, berusaha mencari tahu kebenaran dan langsung menghubungi  Nathan. Tak ingin mengganggu pelajaran, Nathan pergi ke luar kelas. Dalam perjalanannya menyusuri sekolah, secara tak sengaja Nathan bertemu dengan Rebecca (Susan Sameh). Gadis yang tengah berdiri di tepi pagar dan berniat bunuh diri.

Di sekolah, Nathan akhirnya mengetahui bahwa Rebecca sering kali mengalami perundungan oleh teman-temannya. Rebecca yang merasa ditinggalkan dan sendiri, menganggap bahwa hidupnya sudah tak berharga lagi. Ayah Rebecca gantung diri setelah putusan sidang perceraian, sedangkan sang ibu yang kemudian menikah lagi tak pernah hadir untuk Rebecca. Gadis itu hidup sendiri di rumah bersama tumpukan sampah sisa makanan dan botol-botol kosong minuman beralkohol.

Nathan yang merasa berada di titik yang sama dengan Rebecca, berjanji untuk selalu ada dan memberi dukungan. Kedekatan mereka itu justru membuat Rebecca salah paham dan mengangap bahwa Nathan jatuh cinta padanya. Dengan jujur, Nathan mengakui bahwa hati dan perasannya masih dipenuhi oleh kenangan akan seorang gadis di sekolahnya yang lama.



Rebecca yang merasa mendapat dukungan untuk bangkit dan kembali mencintai hidupnya, membuatnya tertarik mendirikan sebuah gerakan sosial untuk memberi dukungan bagi orang-orang yang merasa sendiri dan ditinggalkan. Salma yang tengan tertekan karena gagal memenuhi mimpi sang ayah untuk masuk fakultas kedoteran, memutuskan untuk bercerita dan membuka diri pada Rebecca dan komunitas sosialnya. Prihatin dengan kondisi Salma, Rebecca kemudian memintanya untuk datang pada acara sosialisasi komunitas tersebut. Di sana, Nathan dan Salma kembali bertemu setelah setahun berpisah.



Hubungan Nathan dan Salma perlahan kembali dekat, meski hanya sebatas teman. Meski hungungan keduanya ditentang oleh ayah Salma yang baru kembali dari Kanada, Nathan tak lelah untuk meyakinkan bahwa dia sanggup menjaga Salma. Ayah Salma lebih setuju jika putrinya bergaul dengan Ridho (Devano) yang merupakan juara olimpiade. Namun tindakan Nathan yang nekad dan masih terus mendekati Salma membuat ayah Salma berang dan mengancam akan mengadukannya ke pihak yang berwajib.

Mendapat teguran keras dari sang ayah, Salma tak lagi diperbolehkan untuk berhubungan dengan Nathan. Masalah yang tak kunjung reda, membuat Salma depresi. Salma memutuskan kabur dari rumah. Salma meminta bantuan pada Rebecca, dia merasa butuh waktu sendiri untuk menenangkan pikiran. Rebecca kemudian meminta Nathan untuk membujuk Salma pulang. Namun saat Nathan berhasil mengantar Salma sampai di depan rumah, dua orang polisi tiba-tiba menangkap Nathan.

Tak tinggal diam melihat dua orang sahabatnya disakiti, Rebecca memberanikan diri datang ke rumah Salma dan menjelaskan kondisi mental sang putri pada ayahnya. Meski awalnya ayah Salma menolak penjelasan Rebecca, ayah Salma kemudia membuka diri dan mengatakan kejujuran yang selama ini ia simpan seorang diri.


Saya sebenarnya berharap cukup banyak karena tahu bahwa film ini berangkat dari novel yang juga mendulang sukses, namun bagi saya yang cukup realistis, ada beberapa scene yang saya anggap masih tak masuk akal:

Pertama, scene pertemuan Nathan dengan Rebecca. Awalnya saya mengira Nathan mencari tempat aman untuk menelepon, namun ternyata Nathan malah berlari kesana kemari tak jelas tujuannya. Dia bahkan harus memanjat pagar. Kenapa enggak ke kamar mandi saja sih?

Lalu scene menampilkan gambar seorang gadis yang tengah menangis di tepi pagar yang cukup tinggi, dan tiba-tiba Nathan justru muncul dengan menuruni tangga. Nathan berusaha mencegah si gadis dengan kata-kata motivasi. Lalu pikiran jahil saya pun bangkit : Bagaimana Nathan bisa secara kebetulan mengetahui keberadaan si gadis sedangkan lokasi yang digambarkan sangat sempit dan tertutup dari pandangan? Lalu mengapa Nathan menuruni tangga? Apakah kelas Nathan berada di lantai paling atas gedung? Karena belum membaca novelnya, saya jadi tidak paham poin ini yang tidak dijelaskan dalam film.



Kedua, Ridho diceritakan sebagai anak berprestasi, tampan, kaya, dan juga pintar. Tapi dia secara suka rela mau menemani Salma dalam kesehariannya. Dia bahkan menjemput Salma sepulang sekolah saat masih menggunakan seragam putih abu. Ridho itu juara olimpiade lho, jadi bagi saya agak kurang masuk akal jika Ridho justru sibuk dengan urusan asmara (deketin anak gadis orang). Belum lagi status Ridho masih pelajar, saya jadi penasaran berapa jarak sekolah mereka berdua hingga dia sempat menjemput Salma? Jakarta kan macet.

Ketiga, celana Nathan yang selalu ada di segala scene. Dari scene obrolan di ruang keluarga sampai lari-lari di pantai. Tolonglah wadrobe, Nathan itu kan pemeran utama, masa bajunya enggak ganti?

Keempat, akting Devano yang masih terasa dipaksakan. Meski film ini adalah debut pertama Devano, bukan berarti penonton harus memaklumi dan menerima alasan putra penyanyi dangdut Iis Dahlia tersebut. Jangan karena sedang mempromosikan lagu sebagai original soundtrack film, akhirnya ikut terjun sementara kualitas seni perannya masih tipis.

Kelima, pendapat ayah Salma yang tidak konsisten. Di hadapan Nathan, dia bilang tidak suka jika Salma berpacaran. Namun dia justru mendukung usaha Ridho mendekati Salma.

Keenam, dari mana Rebecca yang diceritakan hidup sendiri mendapatkan uang?

Sebagaimana kita tahu bahwa dalam film akan dibumbui dengan kalimat-kalimat bijak penuh motivasi, begitu pun film Dear Nathan: Hello Salma. Ayah Nathan berperan sebagai orang tua bijak yang senantiasa hadir untuk meredakan emosi putranya. Namun ada scene yang saya rasa kurang pas, yaitu saa ayah Nathan menasehati Rebecca dengan menggunakan sticky notes warna warni. Ayah Nathan digambarkan membawa beberapa sticky notes dan belasan spidol, padahal sticky notesnya sudah ada tulisannya. Lalu untuk apa spidolnya dibawa?

Terlepas dari koreksi terhadap beberapa scenenya, menonton film ini membawa kita pada satu pemahaman baru mengenai dunia remaja dengan mental yang masih rentan. Peran orang tua harus hadir dalam tumbuh kembang anak. Jangan jadikan anak sebagai pelampiasan akan mimpi yang tak sempat terpenuhi, karena anak sejatinya adalah sebuah pribadi nan mandiri.




Yuk nonton Yuk!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar