Rabu, 13 Desember 2017

Korban Sinetron

Sudah banyak tulisan yang membahas tentang cerita sinetron di Indonesia yang kian hari makin kurang realistis. Dari mulai cerita yang terlalu lebay hingga dandanan yang terlalu heboh. Sayangnya, jatuhnya korban sinetron-sinetron itu bukan hanya terjadi pada penonton setianya, tapi juga pada orang-orang di sekitar mereka.

Kita pasti ingat bagaimana beberapa kali tindakan perundungan anak sekolah dasar hingga lanjutan tingkat akhir yang dilakukan oleh teman seusia mereka, beredar di masyarakat berupa video di media sosial. Sebagian kita bahkan mungkin tahu bagaimana tindakan tersebut tidak hanya meninggalkan trauma psikis, namun juga bisa merenggut nyawa para korban. Jika sudah seperti ini, tidakkah kita bertanya apakah peran sebenarnya dari Komisi Penyiaran Indonesia atau Lembaga Sensor Indonesia? Tidakkah ada tindakan nyata untuk mengurangi konten kekerasan dalam sebuah tayangan televisi?


Beberapa kejadian nyata perundungan dialami keluarga saya. Bahkan diusia keponakan saya yang baru enam dan lima tahun, mereka terkena fitnah yang menurut saya tidak logis.

Kronologis:

A (6) dan B (5), bercerita bahwa dia dituduh mencuri ikan hias oleh C (8), anak tetangga. Awalnya saya dan keluarga mengabaikan pengaduan A dan B, karena kami anggap bahwa itu hanya obrolan anak-anak. Sehari setelahnya, A dan B bercerita bahwa C meminta tanggung jawab atas hilangnya ikan hias. C mengatakan bahwa D (7), anak tetangga, mempunyai rekaman video saat pencurian berlangsung. C mengatakan bahwa dia mendapat teguran keras dari orang tuanya dan meminta dia untuk mencari ikan hias tersebut. Namun C meminta agar A dan B tidak mengadu ke orang tua.

Perlu diketahui, ikan hias berada di ruang tamu. Sedang A dan B hampir tidak pernah main ke rumah tetangga.

Saya telah mengkonfirmasi cerita ini pada orang tua C, dan mendapat pengakuan bahwa mereka sama sekali tidak kehilangan  ikan hias.

Semoga cerita ini dapat membuat pihak-pihak terkait memberi perhatian lebih pada tayangan hiburan di Indonesia. Untuk para orang tua, terus awasi tontonan putra-putri kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar