Minggu, 02 Oktober 2016

FLP Menulis Cerpen dan Novel

Minggu (1/9/16) adalah kelas keempat dari rangkaian pelatihan menulis yang diselenggarakan oleh Forum Lingkar Pena (FLP) cabang Bogor. Common Class Room S2 Agribisnis Fakultas Pertanian IPB Dramaga, Bogor, kembali menjadi tempat berkumpul pramuda-pramuda FLP.

Kelas dibuka dengan tilawah oleh Amrul, salah seorang peserta pramuda. Sayang, narasumber utama menginformasikan bahwa kedatangannya akan sedikit terlambat karena terjebak macet. Syaiful Hadi, ketua FLP cabang Bogor, mengambil alih tempat.


"Cerpen bisa diibaratkan seperti lari jarak pendek. Tidak perlu energi yang tinggi." jelas Syaiful Hadi saat membuka kelas. Dilanjutkan oleh Syaiful bahwa novel memiliki banyak masalah seperti hidup yang sebenarnya, sedangkan cerpen memiliki ide yang lebih sederhana.

Pukul sebelas kurang, narasumber utama akhirnya tiba. Dengan tema "Menulis Menebar Misi", Sri Widiyastuti, penulis buku cerita anak yang juga merupakan pengurus FLP Pusat didapuk menjadi narasumber siang itu.



"Mentor menulis saya dulu mengatakan bahwa ada lima kunci utama untuk berhasil dalam dunia literasi. Menulis, menulis, menulis, menulis dan menulis." selorohnya saat membuka kelas.

Tuti, begitu beliau biasa disapa, kemudian menceritakan pengalamannya saat memasuki dunia tulis menulis. Kesempatannya saat tinggal di Malaysia justru membuka jalannya untuk bertemu teman-teman dengan minat yang sama hingga bisa lebih menekuni dunia ini. Beberapa buku hasil karyanya juga sempat beliau tampilkan melalui layar proyektor di depan kelas.

Cerpen merupakan akronim dari cerita pendek. Meski merupakan hasil karya fiksi, cerpen harus tetap berpegang pada logika yang benar. Tidak boleh cacat. Penulis juga harus dekat dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

Ciri-ciri cerpen di antaranya adalah:
1. Memiliki 3.000 - 10.000 (3 - 10 halaman A4);
2. Berisi satu tema dan satu konflik;
3. Bercerita tentang sepenggal kisah kehidupan tokoh;
4. Memiliki alur yang maju; dan
5. Selesai dalam sekali baca.

Cerpen juga harus memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik meliputi; tema, setting, alur, amanat, sudut pandang, gaya bahasa, tokoh dan penokohan. Sedang unsur ekstrinsik meliputi; latar belakang penulis, nilai-nilai dalam cerita dan situasi sosial ketika cerita itu diciptakan.

Tuti menutup kelas dengan tanda tangan pada salah satu buku karyanya; Misteri Chiroptera. (Endah)

2 komentar:

  1. Wah... Sayang sekali tadi saya nggak bisa sampai selesai...

    BalasHapus
  2. Wah ada Bang Syaiha.. terima kasih sudah meninggalkan jejak , komandan heheh

    BalasHapus