Semalam aku hampir saja tak bisa tidur. Karena sepertinya ingatanku tentangmu mulai mengabur. Merajut kembali kisah tentang mu membuatku terpaksa harus bekerja lembur.
Untunglah pagi segera datang. Menyelamatkan nyawaku yang hampir meregang. Menahan rindu setiap kali malam mulai menjelang.
Sungguh ku tak sabar untuk segera bertemu denganmu. Berdua saja menguntai harapan yang tak pernah jemu. Menunaikan sesuatu yang kusebut: rindu kamu.
Aku tak sabar untuk menikmati senyummu yang mengembang. Meski kadang aku melihatnya dibalik tabir yang menghalang, namun selalu saja berhasil membuat sukma ku seakan melayang.
Kehadiranmu seumpama harum secangkir kopi di pagi hari. Dimana ribuan kata menjadi tak berarti. Namun lembut dan hangatnya menyentuhku hingga ke dasar hati.
Indahmu seumpama pelangi dari bias embun yang diterpa mentari. Keistimewaan yang hanya bisa dinikmati dipagi hari. Mana mungkin kulewatkan begitu saja mukjizat ini?
Sopan santun dan perangaimu adalah kesempurnaan Sang Pencitpa. Lalu apa lagi yang dapat kulakukan selain: jatuh cinta? Berkali kali tanpa hingga. Sampai nanti tubuh ini renta.
Ah, apa lagi yang bisa kuceritakan tentang dirimu? Bahkan dunia ini saja berubah menjadi semu. Hanya untuk melukiskan satu kata saja: kamu.
Maafkan aku yang tak pandai melukiskan dirimu, kasih. Namun membayangkan kehilanganmu membuat hatiku perih. Rasanya mungkin lebih dari berkali-kali mati.
Pintaku selalu padaNya, agar aku dapat mencintaimu sampai nanti. Hingga tiada lagi yang tersisa dari ku di muka bumi. Duhai kamu, Sang Cinta Sejati..
Untunglah pagi segera datang. Menyelamatkan nyawaku yang hampir meregang. Menahan rindu setiap kali malam mulai menjelang.
Sungguh ku tak sabar untuk segera bertemu denganmu. Berdua saja menguntai harapan yang tak pernah jemu. Menunaikan sesuatu yang kusebut: rindu kamu.
Aku tak sabar untuk menikmati senyummu yang mengembang. Meski kadang aku melihatnya dibalik tabir yang menghalang, namun selalu saja berhasil membuat sukma ku seakan melayang.
Kehadiranmu seumpama harum secangkir kopi di pagi hari. Dimana ribuan kata menjadi tak berarti. Namun lembut dan hangatnya menyentuhku hingga ke dasar hati.
Indahmu seumpama pelangi dari bias embun yang diterpa mentari. Keistimewaan yang hanya bisa dinikmati dipagi hari. Mana mungkin kulewatkan begitu saja mukjizat ini?
Sopan santun dan perangaimu adalah kesempurnaan Sang Pencitpa. Lalu apa lagi yang dapat kulakukan selain: jatuh cinta? Berkali kali tanpa hingga. Sampai nanti tubuh ini renta.
Ah, apa lagi yang bisa kuceritakan tentang dirimu? Bahkan dunia ini saja berubah menjadi semu. Hanya untuk melukiskan satu kata saja: kamu.
Maafkan aku yang tak pandai melukiskan dirimu, kasih. Namun membayangkan kehilanganmu membuat hatiku perih. Rasanya mungkin lebih dari berkali-kali mati.
Pintaku selalu padaNya, agar aku dapat mencintaimu sampai nanti. Hingga tiada lagi yang tersisa dari ku di muka bumi. Duhai kamu, Sang Cinta Sejati..

Tidak ada komentar:
Posting Komentar