Sabtu pagi dalam perjalanan menuju haribaan kasih sayang yang sejak semalam kurindukan. Berharap terselamatkan dari dekap hampa berkepanjangan #mendadaksajak
Lebay! Hahahha
Seorang diri melakukan perjalanan menuju Tangerang membuat saya dapat berkhayal bebas selama kurang lebih tiga jam. Dan seringkali pikiran saya tertumpu pada nasihat atau cerita yang rajin dikisahkan oleh ibu. Dan kali ini saya ingin berbagi salah satu kisahnya.
Suatu hari berkumpullah beberapa pemancing di tepi sungai. Sambil bersenda gurau, mereka menyiapkan peralatan memancing dan satu per satu dari mereka mulai melemparkan umpan ke dalam sungai.
Hari beranjak sore, keramba (wadah penyimpan ikan dari bambu) pun telah penuh. Satu persatu pemancing memutuskan untuk pulang hingga hanya tersisa seorang pemancing.
Saat dia hendak mengambil alat pancingnya, seekor ular berbisa, entah dari mana, telah menancapkan taringnya di ibu jari sang pemancing. Dengan sigap sang pemancing melepaskan gigitan ular itu dari ibu jarinya. Lalu dengan dada yang masih berdegup, sang pemancing mengambil pisau dalam wadah pancingnya dan memotong ibu jarinya.
Jeritannya di senja itu menggema hingga ke penjuru desa. Dengan mata berurai, sang pemancing menyelipkan potongan ibu jarinya di dahan pohon di dekatnya lalu beranjak pulang.
Hari berlalu dan terus berlalu. Tak terasa tahun telah berganti sejak kejadian itu. Sang pemancing telah sembuh dari lukanya dan tetap bisa menyalurkan hobi memancingnya. Hingga suatu hari sang pemancing kembali ke tempat itu. Tepi sungai dimana dia pernah terpaksa kehilangan bagian tubuhnya.
Dia terkejut ketika mendapati ibu jarinya masih dalam keadaan yang sama. Masih seperti ibu jari miliknya dulu. Dengan wajah sumringah sang pemancing meraih potongan ibu jari lalu menempelkannya kembali di tempat dulu ia pernah berada.
Selang beberapa hari setelah kejadian itu, tubuh sang pemancing terserang demam. Istri sang pemancing yang dikuasai takut membawa sang pemancing kepada tabib desa.
"Kapan terakhir kali dia pergi memancing?" tanya tabib setelah selesai memeriksa keadaan sang pemancing.
"Sudah lebih dari beberapa hari." jawab istri sang pemancing.
"Apakah dia menceritakan suatu peristiwa padamu?" tanya tabib lagi.
"Tidak satu pun. Apa yang terjadi pada suamiku?" tanya istri sang pemancing cemas.
"Bisa ular telah menyebar ke seluruh tubuh suamimu. Aku tidak tahu apakah obat yang kuberikan akan mampu menyelamatkannya atau tidak."
Bagai tersapu badai air laut lalu membawanya ke kedalamannya yang mematikan, istri sang pemancing terpaku diam di tempatnya. Air mata tak henti membasahi wajahnya. Memandang lemah pada gundukan tanah merah yang masih basah. Dibawah sana, tubuh sang pemancing telah terbaring untuk selamanya.
* * *
Pintarlah mengambil pelajaran dari masa lalu. Keputusan untuk kembali adalah mutlak pilihanmu, tapi pastikan bahwa tidak akan lagi ada hati yang patah atau terluka ;-)
Lebay! Hahahha
Seorang diri melakukan perjalanan menuju Tangerang membuat saya dapat berkhayal bebas selama kurang lebih tiga jam. Dan seringkali pikiran saya tertumpu pada nasihat atau cerita yang rajin dikisahkan oleh ibu. Dan kali ini saya ingin berbagi salah satu kisahnya.
Suatu hari berkumpullah beberapa pemancing di tepi sungai. Sambil bersenda gurau, mereka menyiapkan peralatan memancing dan satu per satu dari mereka mulai melemparkan umpan ke dalam sungai.
Hari beranjak sore, keramba (wadah penyimpan ikan dari bambu) pun telah penuh. Satu persatu pemancing memutuskan untuk pulang hingga hanya tersisa seorang pemancing.
Saat dia hendak mengambil alat pancingnya, seekor ular berbisa, entah dari mana, telah menancapkan taringnya di ibu jari sang pemancing. Dengan sigap sang pemancing melepaskan gigitan ular itu dari ibu jarinya. Lalu dengan dada yang masih berdegup, sang pemancing mengambil pisau dalam wadah pancingnya dan memotong ibu jarinya.
Jeritannya di senja itu menggema hingga ke penjuru desa. Dengan mata berurai, sang pemancing menyelipkan potongan ibu jarinya di dahan pohon di dekatnya lalu beranjak pulang.
Hari berlalu dan terus berlalu. Tak terasa tahun telah berganti sejak kejadian itu. Sang pemancing telah sembuh dari lukanya dan tetap bisa menyalurkan hobi memancingnya. Hingga suatu hari sang pemancing kembali ke tempat itu. Tepi sungai dimana dia pernah terpaksa kehilangan bagian tubuhnya.
Dia terkejut ketika mendapati ibu jarinya masih dalam keadaan yang sama. Masih seperti ibu jari miliknya dulu. Dengan wajah sumringah sang pemancing meraih potongan ibu jari lalu menempelkannya kembali di tempat dulu ia pernah berada.
Selang beberapa hari setelah kejadian itu, tubuh sang pemancing terserang demam. Istri sang pemancing yang dikuasai takut membawa sang pemancing kepada tabib desa.
"Kapan terakhir kali dia pergi memancing?" tanya tabib setelah selesai memeriksa keadaan sang pemancing.
"Sudah lebih dari beberapa hari." jawab istri sang pemancing.
"Apakah dia menceritakan suatu peristiwa padamu?" tanya tabib lagi.
"Tidak satu pun. Apa yang terjadi pada suamiku?" tanya istri sang pemancing cemas.
"Bisa ular telah menyebar ke seluruh tubuh suamimu. Aku tidak tahu apakah obat yang kuberikan akan mampu menyelamatkannya atau tidak."
Bagai tersapu badai air laut lalu membawanya ke kedalamannya yang mematikan, istri sang pemancing terpaku diam di tempatnya. Air mata tak henti membasahi wajahnya. Memandang lemah pada gundukan tanah merah yang masih basah. Dibawah sana, tubuh sang pemancing telah terbaring untuk selamanya.
* * *
Pintarlah mengambil pelajaran dari masa lalu. Keputusan untuk kembali adalah mutlak pilihanmu, tapi pastikan bahwa tidak akan lagi ada hati yang patah atau terluka ;-)

Essensi : Ikhlaslah dalam bertindak, hanya mengharap ridho Illahi. Jangan pernah berharap mendapat balasan, sesuai yang telah dilakukan bahkan lebih.
BalasHapusmbak Endah, salam kenal. mo minta tolong, kalo punya blognya syeh pandrik, selain yang spiritual-pandrik.blogspot.com, aku kirimi ya. maksih sebelumnya...
BalasHapussalam enal mas Rifki Zakaria, terima kasih atas kunjungannya.. mohon maaf karena saya tidak mengikuti blog milik Argawi Kandito. Postingan tentang beliau pun hanya berdasarkan pada buku yang telah saya baca ^^
Hapus