Jumat, 26 Juli 2013

"Menghitung" Maaf

"Saya kan udah minta maaf, Ndah. Koq dia masih belum juga maafin?" seorang teman pernah bertanya.

"Tau dari mana dia gak maafin?" tanya saya balik.

"Sikapnya gak kaya dulu. Beda banget." jelasnya.

"Perekat untuk sesuatu yang retak, lubangnya akan tetap terlihat, seperti itulah maaf. Kita sudah melakukan kewajiban dengan meminta maaf, jangan berharap lebih. Ikhlasin aja.." jawab saya.




Gak ada orang suci di dunia ini, setiap orang pasti pernah punya kesalahan. Termasuk saya. Tapi, ada pembeda antara orang yang di beri dan yang memberi maaf. Ada 'rasio rugi', saya menyebutnya, yang berbeda antara si pemberi dan si penerima maaf.

Sudah menjadi kodrat manusia untuk selalu menghindari kerugian dan mencari sela yang menguntungkan. Seperti juga dalam suatu masalah, hanya ada dua kemungkinan, keduanya untung atau salah satunya rugi. Nah, sampai pada kesimpulan ini, saya yakin bahwa gak ada satupun orang yang rela "rugi".

Trus apa hubungannya masalah untung-rugi dan maaf?

Begini, coba diingat apakah anda pernah punya pengalaman yang menyakitkan dan sulit memberi maaf pada seseorang? Atau anda yang melakukan kesalahan, namun seserius apapun dan sesungguh-sungguh apapun anda meminta maaf, anda tak juga mendapatkannya? Jika ya, apa alasannya. Menurut saya semakin seseorang merasa "rugi", makin sulit untuk seseorang memberi maaf. Apalagi jika masalah itu terkait pada materi atau perasaan. Jawaban ada dalam pikiran anda.

Trus gimana caranya biar orang mau maafin kita?

Saat melakukan kesalahan, cepatlah minta maaf. Perbaiki diri. Tunjukkan bahwa kita sungguh-sungguh menyesal. Lalu setelah itu, ikhlaskan semua yang terjadi. Kita berhak melanjutkan hidup.

Kalo sikapnya berubah dan gak kaya dulu lagi, gimana?

Seorang pembunuh pun masih berhak mendapatkan maaf. Selama Tuhan masih menjanjikan ampunan saat makhluknya bertaubat, tak pantas rasanya jika kita yang penuh salah ini malah menyimpan dendam.

Tulisan ini saya buat bukan karena saya merasa paling sempurna, namun justru karena saya menyadari bahwa saya adalah makhluk lemah yang sering melakukan salah. Jadi, yuk ah sama-sama kita perbaiki diri. Salam perdamaian...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar