Minggu, 22 Januari 2012

Ini . . .

Kenapa kau tersenyum sambil memandangku seperti itu? Kau tahu, hampir saja aku berdiri dan berteriak sambil menuding wajahmu. Namun tiba-tiba saja hatiku berubah. Kau tahu kenapa? Kurasa aku tidak bisa melakukannya. Aku sudah terlalu lama marah. Aku sudah terlalu lelah. Dan kau masih saja tersenyum dan memandangku seperti itu.

Ada kalanya aku ingin menghilang, menjauh darimu. Bahkan kadang aku berharap tidak pernah lahir ke dunia ini.  Hanya karena aku tidak mau melihatmu atau bertemu denganmu. Ada kalanya aku berharap tidak mengenalmu tapi kurasa itu percuma saja karena Tuhan telah mempertemukan kita. Dan disinilah aku, melihatmu tersenyum padaku. Hey . . . aku sedang marah padamu, tahu?! Ya Tuhan, kenapa kau masih saja tersenyum padaku seperti itu?

Kau tahu, ibaratnya kau itu pelari tercepat di dunia. Yang mengherankan adalah kau berlari sambil menggenggam tanganku. Berkali-kali aku hampir jatuh, terpeleset dan kehabisan napas tapi kau tidak pernah berhenti. Kau terus saja berlari dan tanganmu masih saja menggenggam tanganku. Aku heran, apa kau tidak merasa lelah? Apa kau tidak pernah merasa ingin menyerah? Ya Tuhan . . . . sejak kapan kau belajar berlari seperti ini?

Sudah . . .  sudah . . .  berhenti tersenyum! Berhenti pandangi aku seperti itu. Iya kau! Aku sedang bicara tentangmu, tahu. Aku menyerah. Cukup saja sampai disini. Aku menyerah untuk melawanmu. Mulai sekarang apapun yang kau katakan akan aku turuti. Biar . . .  biar saja tanganmu menggenggam tanganku, jangan lepaskan. Aku akan belajar untuk berlari secepat dirimu. Dengan kau di sampingku tidak saja jalan panjang dan bergelombang, jalan menanjak pun akan aku lalui. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar