Minggu (25/9/16) forum Lingkar Pena (FLP) cabang Bogor kembali menyelenggarakan kelas pelatihan menulis di salah satu Common Class Room S2 Agribisnis Fakultas Pertanian IPB Dramaga, Bogor. Kelas dimulai pada pukul 08.30-12.30 wib dengan nara sumber Usup Supriyadi yang membawa tema 'Berpuisi Seumpama Berpuasa'.
Puisi menurut Goenawan Muhamad merupakan fragmen peristiwa pengalaman, pengamatan dan pemikiran. Karena itu, menurut Usup puisi biasanya bersifat pribadi. Dalam praktiknya puisi adalah permainan bahasa dengan penuh cinta atau bisa disebut juga sebagai kreasi pikir.
Secara sederhana seorang penulis puisi bisa dikatakan sebagai penyair. Namun Saini. KM mendefinisikan penyair sebagai "Ia yang berumah di sebuah kuil di tengah hutan.". Dijelaskan oleh Usup, Saini mengumpamakan penyair sebagai seorang yang memiliki bagian lain dalam hidupnya dimana dia tidak merasa kesepian meski sedang sendiri namun justru menikmati kesendiriannya itu.
Sedangkan Ramadhan. KH mendefinisikan penyair sebagai "Ia adalah kayu dalam pembakaran.". Lagi, Usup menjelaskan maksud dari kalimat Ramadhan tersebut adalah bahwa penyair merupakan seseorang yang memberikan pencerahan.
Usup menjelaskan bahwa menulis puisi tidak memiliki aturan baku. Namun demikian, puisi harus tetap memperhatikan unsur intrinsik (berada di dalam naskah) dan ekstrinsik (berada di luar naskah). Unsur intrinsik meliputi tema, tipografi, amanat, nada, rasa, perasaan, enjambemen (pemotongan kalimat atau frase di akhir larik), citraan, kata konkret, diksi, akulirik, rima, verifikasi dan majas. Sedangkan unsur ekstrinsik meliputi unsur biografi, nilai dalam citra dan kemasyarakatan.
Meski membawakan materi puisi, Usup dapat membuat kelas beberapa kali dipenuhi tawa. Diakhir penjelasannya Usup memberikan waktu lima belas menit untuk anggota kelas menulis puisi untuk kemudian dibaca dan dikupas bersama-sama.

Beberapa anggota kelas dapat menyelesaikan tiga hingga lima bait puisi. Sedang yang lain hanya mampu menghasilkan dua hingga lima baris saja. Namun kebanyakan anggota tidak dapat menentukan judul untuk puisi mereka.
"Jualan judul lumayan, nih." seloroh Usup.
Diakhir pertemuan Usup berpesan untuk memperbanyak membaca. "Baca saja. Baca apapun." ujar Usup menutup kelas.

Puisi menurut Goenawan Muhamad merupakan fragmen peristiwa pengalaman, pengamatan dan pemikiran. Karena itu, menurut Usup puisi biasanya bersifat pribadi. Dalam praktiknya puisi adalah permainan bahasa dengan penuh cinta atau bisa disebut juga sebagai kreasi pikir.
Secara sederhana seorang penulis puisi bisa dikatakan sebagai penyair. Namun Saini. KM mendefinisikan penyair sebagai "Ia yang berumah di sebuah kuil di tengah hutan.". Dijelaskan oleh Usup, Saini mengumpamakan penyair sebagai seorang yang memiliki bagian lain dalam hidupnya dimana dia tidak merasa kesepian meski sedang sendiri namun justru menikmati kesendiriannya itu.
Sedangkan Ramadhan. KH mendefinisikan penyair sebagai "Ia adalah kayu dalam pembakaran.". Lagi, Usup menjelaskan maksud dari kalimat Ramadhan tersebut adalah bahwa penyair merupakan seseorang yang memberikan pencerahan.
Usup menjelaskan bahwa menulis puisi tidak memiliki aturan baku. Namun demikian, puisi harus tetap memperhatikan unsur intrinsik (berada di dalam naskah) dan ekstrinsik (berada di luar naskah). Unsur intrinsik meliputi tema, tipografi, amanat, nada, rasa, perasaan, enjambemen (pemotongan kalimat atau frase di akhir larik), citraan, kata konkret, diksi, akulirik, rima, verifikasi dan majas. Sedangkan unsur ekstrinsik meliputi unsur biografi, nilai dalam citra dan kemasyarakatan.
Meski membawakan materi puisi, Usup dapat membuat kelas beberapa kali dipenuhi tawa. Diakhir penjelasannya Usup memberikan waktu lima belas menit untuk anggota kelas menulis puisi untuk kemudian dibaca dan dikupas bersama-sama.

Beberapa anggota kelas dapat menyelesaikan tiga hingga lima bait puisi. Sedang yang lain hanya mampu menghasilkan dua hingga lima baris saja. Namun kebanyakan anggota tidak dapat menentukan judul untuk puisi mereka.
"Jualan judul lumayan, nih." seloroh Usup.
Diakhir pertemuan Usup berpesan untuk memperbanyak membaca. "Baca saja. Baca apapun." ujar Usup menutup kelas.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar