Sungguh kalimat itu terasa salah
Celotehku tentang kata berima cinta
Sebagai wujud rindu pada sang Hamba
Membuatku kacau dan hampir gila
Aku hampir saja lupa memuji Sang Maha
Dia pemilik segala rasa
Dan saat mimpi kembali nyata
Yang kutemui hanya lah hampa
Wahai sang pemilik waktu
Perkenankan lah kami tuk kembali bertemu
Tentang ikrar yang pernah terucap dulu
Semoga selamanya bersama menjadi satu
Hujan baru saja turun. Langit senja di pinggir kota membuatku menepikan langkah pada tempat minum kopi. Suasana tempat ini masih saja ramai seperti dulu.
Aku mengambil kursi di tengah ruangan. Menyesap minumanku dengan perasaan nyaman.
"Hai.."
Deg!
Dia lagi.
Tapi kenapa?
"Boleh aku duduk?" tanya laki-laki di depanku.
Mengapa kaki ku tiba-tiba saja terasa kaku?
"Terima kasih.. " ujarnya seraya duduk.
"Bagaimana kabarmu?" tanyanya.
"Seperti yang kau lihat sekarang." jawabku tak jelas.
"Kau menghilang.."
Diam.
"Tiga bulan sejak terakhir kita bertemu bukan?" ujarnya lagi.
Sungguh aku tidak sanggup tetap berada di tempat ini. Aku bangkit dan bersiap pergi.
"Tolong beri aku alasan." matanya menatap ku dengan sedih.
Diam.
"Aku hanya lelah" jawabku pada akhirnya.
"Tapi kenapa?"
"Kau tau alasannya. Kau selalu tau.."
Hanya ketika sang pujangga terluka, maka diam menjadi satu-satunya jawaban yang ia punya..
Celotehku tentang kata berima cinta
Sebagai wujud rindu pada sang Hamba
Membuatku kacau dan hampir gila
Aku hampir saja lupa memuji Sang Maha
Dia pemilik segala rasa
Dan saat mimpi kembali nyata
Yang kutemui hanya lah hampa
Wahai sang pemilik waktu
Perkenankan lah kami tuk kembali bertemu
Tentang ikrar yang pernah terucap dulu
Semoga selamanya bersama menjadi satu
Hujan baru saja turun. Langit senja di pinggir kota membuatku menepikan langkah pada tempat minum kopi. Suasana tempat ini masih saja ramai seperti dulu.
Aku mengambil kursi di tengah ruangan. Menyesap minumanku dengan perasaan nyaman.
"Hai.."
Deg!
Dia lagi.
Tapi kenapa?
"Boleh aku duduk?" tanya laki-laki di depanku.
Mengapa kaki ku tiba-tiba saja terasa kaku?
"Terima kasih.. " ujarnya seraya duduk.
"Bagaimana kabarmu?" tanyanya.
"Seperti yang kau lihat sekarang." jawabku tak jelas.
"Kau menghilang.."
Diam.
"Tiga bulan sejak terakhir kita bertemu bukan?" ujarnya lagi.
Sungguh aku tidak sanggup tetap berada di tempat ini. Aku bangkit dan bersiap pergi.
"Tolong beri aku alasan." matanya menatap ku dengan sedih.
Diam.
"Aku hanya lelah" jawabku pada akhirnya.
"Tapi kenapa?"
"Kau tau alasannya. Kau selalu tau.."
Hanya ketika sang pujangga terluka, maka diam menjadi satu-satunya jawaban yang ia punya..

keren mbak puisinya :)
BalasHapusalhamddulillah.. afwan, terima kasih
Hapus