"Ceu! Gue mau nikah!" ujar suara di ujung telepon. Aku tersenyum.
Ini baru pukul delapan pagi dan Rani, sahabatku, membicarakan pernikahan dengan begitu bersemangat. Mau tak mau aku tersenyum lebar dan seketika melupakan kesakitanhatiku. Ya Tuhan, terima kasih telah memberi sahabatku hidup yang sempurna. Ucapku dalam hati.
Rani tak henti berceloteh. Dan aku masih tetap bertahan menimpali setiap ucapannya. Entah bagaimana kebahagian seakan merambat dan menjalari setiap inchi tubuhku seperti gelitik lembut barisan semut hitam kecil.
Saat Rani memutuskan sambungan telepon, aku kembali dalam kegelapan duniaku. Dunia sepi yang kuciptakan sendiri. Kupejamkan mata dan mulai mengatur napas. Kepalaku berdenyut-denyut, seakan ada yang menekankan jarinya tepat di dahiku.
Kamu, apa kabar?
Maaf karena aku masih saja memikirkanmu
Walau tak pernah lagi ku berani menyapa kamu
Sampai hari ini aku masih saja mengkhawatirkan kesehatanmu
Apakah kau makan tepat waktu?
Apakah waktu tidurmu cukup?
Apakah hujan semalam sempat menyapamu saat berjalan pulang?
Apakah..
Ah aku tahu itu bukan lagi tugasku
Jadi, maaf
Kamu yang namanya tak boleh lagi kusebut, semoga kamu baik-baik saja
Dengan siapa pun yang menemanimu saat ini"
Kubuka mata dan bangkit dari duduk lalu berjalan ke arah pintu. Udara pagi pasti akan sangat menyenangkan saat ini. Karena bagaimana pun hidupku harus terus berjalan..
Ini baru pukul delapan pagi dan Rani, sahabatku, membicarakan pernikahan dengan begitu bersemangat. Mau tak mau aku tersenyum lebar dan seketika melupakan kesakitanhatiku. Ya Tuhan, terima kasih telah memberi sahabatku hidup yang sempurna. Ucapku dalam hati.
Rani tak henti berceloteh. Dan aku masih tetap bertahan menimpali setiap ucapannya. Entah bagaimana kebahagian seakan merambat dan menjalari setiap inchi tubuhku seperti gelitik lembut barisan semut hitam kecil.
Saat Rani memutuskan sambungan telepon, aku kembali dalam kegelapan duniaku. Dunia sepi yang kuciptakan sendiri. Kupejamkan mata dan mulai mengatur napas. Kepalaku berdenyut-denyut, seakan ada yang menekankan jarinya tepat di dahiku.
Kamu, apa kabar?
Maaf karena aku masih saja memikirkanmu
Walau tak pernah lagi ku berani menyapa kamu
Sampai hari ini aku masih saja mengkhawatirkan kesehatanmu
Apakah kau makan tepat waktu?
Apakah waktu tidurmu cukup?
Apakah hujan semalam sempat menyapamu saat berjalan pulang?
Apakah..
Ah aku tahu itu bukan lagi tugasku
Jadi, maaf
Kamu yang namanya tak boleh lagi kusebut, semoga kamu baik-baik saja
Dengan siapa pun yang menemanimu saat ini"
Kubuka mata dan bangkit dari duduk lalu berjalan ke arah pintu. Udara pagi pasti akan sangat menyenangkan saat ini. Karena bagaimana pun hidupku harus terus berjalan..

Jangan-Jangan Rani menikah dengan seseorang yang namanya tak boleh disebut,
BalasHapusAh, kasihan Ceu. Semoga dia cepat mendapatkan penggantinya voldemort: dia yang namanya tidak boleh disebut. Hehehe.
BalasHapushahha.. terima kasih sudah meninggalkan jejak *_^
BalasHapus