Senin, 22 Juli 2013

Pantaskah Kita Mengeluh?

Beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke rumah kakak perempuan di daerah Tangerang. Dari tempat kerja, saya harus berganti angkutan sebanyak tiga kali, metromini 84, angkot Kalideres-Cadas dan angkot Daon. Gak.. gak.. gak usah terharu gitu dong (sapa juga yang terharu sih? haha).

Pengalaman menarik yang bikin saya terharu terjadi di dalam metromini 84. Saat itu angkutan cukup sarat penumpang. Seperti kebanyakan metromini, dua baris bangku penumpang bagian belakang dilepas agar makin banyak penumpang yang berdiri. Posisi yang saya ambil saat naik metromini adalah di dekat jendela. Di samping saya, berdiri seorang laki-laki berusia di akhir dua puluhan.

Metromini terus berjalan dan satu per satu penumpang pun akhirnya turun. Setiap kali ada bangku penumpang yang kosong, laki-laki di samping saya selalu menawarkankan perempuan untuk duduk. Namun saat seorang perempuan berniat duduk, seorang laki-laki berpenampilan necis nyerobot bangku tersebut.


Perjalanan terus berlanjut sampai akhirnya semua penumpang mendapatkan tempat duduk, kecuali laki-laki di samping saya. Disitulah saya baru sadar akan satu hal. Saat kami berdiri, saya yang hanya setinggi 153cm berdiri hampir sejajar dengan laki-laki itu. Dan saat semua penumpang telah duduk, saya baru mengetahui bahwa laki-laki di samping saya ternyata cacat!

Salah satu kakinya mengalami ketidakseimbangan pertumbuhan. Saya menebaknya sebagai akibat kecelakaan yang dialaminya setelah dia dewasa (karena telapak kakinya tumbuh normal, entah benar atau tidak) Ya Tuhan..


Saat saya menyadarinya, terasa ada yang melesak di tenggorokan dan membuat saya sulit untuk bernapas. Saya hampir menangis. Saya merasa bersalah! Betapa saya merasa menjadi orang paling berdosa dan kurang bersyukur. Saya malu! Saya telah dikalahkan seorang laki-laki 'istimewa' yang dikirim Tuhan untuk menyadarkan saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar