Jumat, 04 November 2011

Belum Rezeki. . .

2 November kemarin, merupakan hari besar bagi saya. Karena di hari itulah sebuah labu baru berisi beberapa ml darah segar dari tubuh saya akan menambah koleksi stok labu darah di ruang penyimpanan darah PMI. Karena acara di mulai pukul 9 pagi, saya berangkat dari rumah pukul 8 pagi. Setidaknya saya berharap ada jeda beberapa menit untuk saya menormalkan hati yang berdebar-debar karena gugup.

Saya sampai di TKP pukul setengah sembilan pagi. Menurut daftar hadir saya adalah calon pendonor urutan ke sembilan, satu-satunya perempuan dan satu-satunya calon pendonor dari kalangan umum. Calon pendonor yang lain semuanya bapak-bapak dan pake Baret Hijau.

Sebelum acara dimulai, panitia menjelaskan kembali tentang tata cara donor. Kemudian sambil menunggu Bapak KH. DR. Idris Abdul Shomad, MA, Wakil Walikota Depok yang akan membuka secara resmi kegiatan ini, panitia mempersilahkan para calon pendonor yang sudah hadir terlebih dahulu untuk memeriksakan "kelayakannya" menjadi pendonor. Pada pemeriksaan calon pendonor urutan ke delapan, tamu kehormatan yang ditunggu, datang. Maka acara pemeriksaan pun ditunda untuk sementara.

Sebelum donor, periksa dulu ya Pak Wakil Walikota Depok 

Setelah pidato pembukaan, Bapak Wakil Walikota Depok dan Bapak Asisten juga diminta kesediaannya untuk berpartisipasi dalam acara donor darah kemarin. Kemudian tibalah waktunya bagi saya untuk memeriksakan kelayakan saya mendonor. Tekanan darah, detak jantung, tes obat: LOLOS. Kemudian melaju ke tahap dua: pemeriksaan HB (hemoglobin). Gak nyangka, sebuah pernyataan dari ibu dokter yang memeriksa saya membuat hati saya sedih dan separuh hancur: maaf ya, HBnya rendah GAK BISA DONOR. . .

Bagai itik yang kehilangan induknya, saya merasa bingung, gamang, limbung, galau. Saya menatap beberapa pendonor yang sudah terbaring di kasur lipat dengan selang di lengan mereka dan labu darah di ujungnya. Saya langkahkan kaki ini ke kamar kecil, bukan. . . bukan. . . gak mau nangis koq, emang mau buang air aja trus rapi-rapi untuk melanjut ke acara berikutnya: seminar How To Get Rich With Mobile AppsHow To Get Rich With Mobile Apps di JCC. Berangcuuuuuutttttt...

2 komentar:

  1. Lain kali. Mungkin.

    Ah, sayangnya saya takut jarum.
    Pernah sekali donor, dan habis itu belum pernah lagi.

    Pengen punya keberanian seperti kamu.:)

    BalasHapus
  2. Dashyat!
    saya malah belum pernah, bagaimana pun Mas Erick tetap hebat karena sudah pernah mendonor. Tingkatkan terus keberanian kita biar bisa donor lagi ^_^

    BalasHapus