Selasa, 01 Maret 2011

Jangan Miringkan Sajadahmu (Muhammad B. Anggoro)


Apa jadinya jika seorang suami sembarangan mengucap kata “talak”? Tentu tak masalah jika memang sudah tidak cocok, namun bagaimana jika kalimat itu justru keluar saat emosi sedang tinggi dan diucapkan tanpa sadar dan pikir panjang? Menyesal.


Jati yang tengah emosi mengucap kata “talak” pada Nastiti karena bertengkar dengan ayahnya. Namun yang jadi masalah adalah karena mereka berdua masih saling mencintai sedang sebuah penghalang kini terentang diantara keduanya. Demi syariah yang ditetapkan Allah SWT Nastiti harus menikah dengan laki-laki lain dahulu sebelum dapat kembali bersatu dengan Jati. Dan masalah muncul saat Nastiti yang sudah menikah dengan Hafizh, seorang pemuda soleh, tampan dan perhatian, malah mengandung anak Hafizh, suami barunya.

Cukup malas saya membaca buku ini. Terjadi banyak pengulangan kalimat, kesalahan cetak (nama tokohnya sering tertukar), penggambaran situasi yang berbelit-belit, plot yang lambat dan kalimat yang kadang tidak mendukung antar paragraph. Emosi tokoh-tokohnya memang sering naik turun dan karena detilnya penjelasan penulis, seringkali terjadi kesia-siaan pada kalimat yang ada.

Tema yang diusung penulis memang cukup menarik, namun menurut saya tidak didukung dengan cara penceritaan yang unik. Sehingga rasa bosan dan jenuh sering menghampiri saat saya membaca buku setebal 416 halaman ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar